Ini adalah salah satu cerpenku yang diposting di website Qureta
Kunang-kunang |
Suasana malam di luar begitu damai. Ditemani cahaya rembulan yang
hangat dengan iringan melodi suara jangkrik. Ingin rasanya aku keluar
dari sini. Keluar dari tempat persembunyian. Aku tahu apa yang akan
kulakukan ini adalah sebuah pantangan. Tak seharusnya aku berada di alam
seperti ini. Namun naluri memaksaku. Aku pun dengan santainya
menjelajah setiap sudut tempat.
Apa yang aku lihat sekarang, berbeda dengan apa yang dikatakan nenek
moyangku. Kalau dulu katanya masih banyak pohon-pohon yang berdiri
tegak, namun kini terganti dengan bangunan tinggi menjulang. Kadang aku
ingin terlahir pada zaman nenek moyangku hidup. Ini karena agar aku
dapat merasakan keindahan alam yang sesungguhnya.
moyangku. Kalau dulu katanya masih banyak pohon-pohon yang berdiri
tegak, namun kini terganti dengan bangunan tinggi menjulang. Kadang aku
ingin terlahir pada zaman nenek moyangku hidup. Ini karena agar aku
dapat merasakan keindahan alam yang sesungguhnya.
Sudah cukup rasanya aku berkeliaran. Ini saatnya untukku pulang,
kembali ke tempat persembunyian. Namun di tengah perjalanan, aku melihat
sosok makhluk kecil berada di sebuah pondok tua di tepian sungai.
Sepertinya ia melamun. Dengan rasa penasaran, aku dekati makhluk kecil
itu.
kembali ke tempat persembunyian. Namun di tengah perjalanan, aku melihat
sosok makhluk kecil berada di sebuah pondok tua di tepian sungai.
Sepertinya ia melamun. Dengan rasa penasaran, aku dekati makhluk kecil
itu.
Tampak secara sekilas, dia seperti manusia. Ya benar, dia adalah
manusia. Aku tahu ciri-ciri itu dari nenek moyangku. Aku pandangi
makhluk kecil itu di balik semak-semak. Melihatnya wajahnya yang sedih
membuatku iba. Apa yang dikatakan nenek moyangku ternyata salah besar.
Manusia tak sekejam yang aku bayangkan.
manusia. Aku tahu ciri-ciri itu dari nenek moyangku. Aku pandangi
makhluk kecil itu di balik semak-semak. Melihatnya wajahnya yang sedih
membuatku iba. Apa yang dikatakan nenek moyangku ternyata salah besar.
Manusia tak sekejam yang aku bayangkan.
Aku dekati dia perlahan-lahan. Ketika melihatku di depannya, dia
sontak terkejut. Itu terlihat dari matanya yang terbelalak. Aku pun
menyuruhnya agar tak perlu takut. Wajahnya kini berubah menjadi
kebingungan. Dari mulutnya, dia bertanya tentang siapa diriku
sebenarnya. Karena menurutnya, ia baru pertama kali melihat hewan
sepertiku...........
sontak terkejut. Itu terlihat dari matanya yang terbelalak. Aku pun
menyuruhnya agar tak perlu takut. Wajahnya kini berubah menjadi
kebingungan. Dari mulutnya, dia bertanya tentang siapa diriku
sebenarnya. Karena menurutnya, ia baru pertama kali melihat hewan
sepertiku...........
To see the full version, click the button link below :D
Komentar
Posting Komentar